Example floating
Example floating
BERITAOLAHRAGAPENDIDIKAN

Kepala BRIDA NTB: Olah Raga Peresean Adalah Jiwa dan Cermin Kebudayaan Sasak, Terkandung Nilai Luhur Sportivitas dan Solidaritas

14
×

Kepala BRIDA NTB: Olah Raga Peresean Adalah Jiwa dan Cermin Kebudayaan Sasak, Terkandung Nilai Luhur Sportivitas dan Solidaritas

Share this article

Mataram, PusaranBerita.com

Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mengambil langkah maju yang signifikan dalam upaya melestarikan dan memodernisasi salah satu warisan budaya paling ikonik suku Sasak, yaitu Peresean.

Melalui gelaran Focus Group Discussion (FGD) bertema riset standarisasi Peresean pada Kamis, 11 Desember 2025, BRIDA NTB secara resmi memulai proses untuk menetapkan standar baku yang komprehensif.

​Inisiatif ini dirancang sebagai jembatan yang menghubungkan nilai-nilai historis Peresean dengan tuntutan olahraga tradisional modern. Tujuannya adalah memastikan Peresean tidak hanya terpelihara sebagai atraksi, tetapi juga dapat diakui dan berkompetisi secara tertib, aman, dan bertaraf nasional hingga internasional.

​Kepala BRIDA NTB, I Gede Putu Aryadi, S.Sos., M.H., dalam sambutan pembukaannya, menegaskan kembali kedudukan Peresean yang jauh melampaui sekadar hiburan atau atraksi wisata biasa.

​”Peresean adalah jiwa dan cermin kebudayaan Sasak. Ia bukan hanya tontonan adu ketangkasan fisik. Di dalamnya terkandung nilai luhur sportivitas, solidaritas sosial, serta filosofi penting mengenai keseimbangan fisik dan spiritual,” ujar Aryadi mengutip pemberitaan media RadarLombok.com

Kepala BRIDA menyoroti bahwa di tengah arus modernisasi dan komersialisasi yang semakin deras, terjadi pergeseran makna dan aturan yang dapat mengikis keautentikan tradisi ini. Karena itu, riset komprehensif dan proses standarisasi ini dinilai mendesak untuk memastikan tradisi ini tetap lestari, bermakna, dan terlindungi dari distorsi budaya.

Aryadi, menambahkan bahwa hasil dari proses standarisasi ini adalah pijakan awal yang krusial. BRIDA berambisi untuk mengusulkan Peresean agar diakui sebagai cabang olahraga tradisional resmi di kancah nasional, khususnya dalam ajang Festival Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORNAS).

​Lebih jauh lagi, standarisasi ini diharapkan menjadi modal utama untuk memperkenalkan Peresean ke panggung global sebagai bagian dari kekayaan olahraga tradisional dunia.

​Melalui kolaborasi multisektor yang diinisiasi oleh BRIDA NTB ini, Peresean diharapkan dapat memperkuat citra budaya NTB dan hadir sebagai ikon budaya yang tetap autentik namun relevan dan dihormati di era modern.

“Langkah ini bukan hanya melestarikan tradisi, tetapi juga memposisikannya sebagai aset daerah yang berharga di kancah nasional dan internasional,” harap Aryadi.

FGD tersebut menghadirkan kolaborasi multisektor yang solid, melibatkan tokoh adat, budayawan, akademisi, dan pemangku kebijakan di NTB. Diskusi intensif berfokus pada dua aspek utama: pelestarian filosofi adat dan penyusunan standar teknis kompetisi.

​Dr. H. Lalu Sajim Sastrawan, S.H., M.H., selaku ketua tim peneliti, memaparkan hasil kajian pendahuluan bertajuk “Standarisasi Peresean di NTB.” Ia menjelaskan secara rinci elemen-elemen kunci dalam Peresean.

”Peresean, yang merupakan adu ketangkasan menggunakan rotan atau penjalin sebagai senjata dan tameng kulit (ende) sebagai pertahanan, memiliki nilai budaya yang begitu mendalam. Tantangannya adalah bagaimana kita menjaga roh budaya ini sambil menyusun kerangka aturan yang terstruktur agar layak menjadi cabang olahraga tradisional resmi,” papar Dr. Sajim.

​Para tokoh adat Sasak memberikan kontribusi penting dengan memaparkan secara mendalam mengenai filosofi, tata cara adat, dan aturan yang selama ini mengikat pelaksanaan Peresean. Hal ini termasuk peran sentral pepadu (petarung) dan pekembar (wasit), serta nilai moral yang melarang dendam dan menjunjung tinggi kehormatan.

​Sementara itu, perwakilan pemerintah daerah memberikan masukan praktis terkait regulasi. Diskusi berfokus pada Standar Keselamatan, yaitu penetapan spesifikasi teknis penjalin dan ende, serta perlindungan diri yang memadai bagi para pepadu.

​Berikutnya Tata Pelaksanaan, bagaimana menyusun protokol pelaksanaan, scoring (penilaian), dan mekanisme pertandingan yang jelas dan adil; serta Kriteria Kompetisi, yakni merumuskan kelas dan kategori pertandingan untuk menjamin profesionalisme event. (Sumber: RadarLombok)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *